Jumat, 20 Desember 2013

Versus

Acuh membuat alam menjadi ciut. Nyali-nyali pun demikian menampik fitrahnya. Rasa pengertian padam menjadi abu. Dibakar kedengkian hingga tercecar berserakan. Jiwa-jiwa welas asih ternodai oleh sikap kesewenang-wenangan. Tergopoh mencari kebenaran, menjemput kejujuran untuk bersandar. Namun apa daya kedigdayaan memusnahkan ketangguhan. Senyum kecut terbumbung dalam raut muka nan bingung. Tersuksesi dalam alam bawah sadar untuk segera berganti. Ah, itu ilusi. Ilusi. "Terkam...terkam saja, kaulah yang terkuat, bukan?" Dengan begitu kau tak hanya menjadi Raja, melainkan Maharaja yang adikuasa. Sejadi-jadinya suara hati meredam api yang tengah berkecamuk dengan keserakahan. Suara sanubari nan tulus terus membawa kebenaran dalam perisainya. Namun, suatu celah gagal didapat untuk mendinginkan jiwa pecundang yang tengah bersemayam. Kebenaran? Terkalahkan. Tersimpan lah ia di dalam angan. Bergelayut pada dunia ide menjadi sosok idaman, yang ideal. Demikian ia bersabar untuk menunggu masanya tiba...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar